Harimau Bali(Panthera tigris balica)
adalah subspesies terkecil dari berbagai subspesies harimau lainnya
dengan bobotnya tidak melebihi 100 kg. Ukuran Harimau Bali sebanding
dengan ukuran macan tutul (Panthera pardus) dan itu hanya sekitar
setengah ukuran dari Harimau Siberia (Amur). Seperti namanya, Harimau
Bali tinggal di pulau Bali. Harimau Bali dinyatakan punah seperti halnya
Harimau Jawa. Perburuan dan hilangnya habitat akibat ledakan populasi
manusia merupakan sebab utama punahnya harimau jenis ini.
Harimau Bali mirip
dengan kerabat dekatnya, Harimau Jawa, dengan ukurannya yang kecil
dengan pola gari-garis yang berwarna gelap. Harimau Bali memiliki bulu
pendek dan lebat berwarna oranye yang tajam dengan garis garis gelap
yang lebih sedikit dibanding dengan subspesies harimau lain. Garis-garis
gelap pada Harimau Bali cenderung lebar dan bercabang dimana antara
garis-garis tersebut terdapat bintik-bintik hitam kecil. Tengkorak
harimau Bali dapat diidentifikasi dengan melihat perbedaan pada gigi dan
tulang hidung, yang membedakannya dari subspesies lain.
Berkaitan dengan
kekerabatan yang cukup dekat antara Harimau Bali dan Harimau Jawa,
terdapat dua teori umum yang menyatakan hubungan antar keduannya. Teori
pertama menunjukkan bahwa dua subspesies tersebut dulunya adalah satu
jenis, tetapi ketika Zaman Es mencari Bali menjadi terisolasi dari Jawa
oleh Selat Bali. Ini membagi harimau menjadi dua kelompok yang kemudian
berkembang secara mandiri. Teori kedua menganggap bahwa Harimau Jawa
berenang melalui saluran sempit dari pulau Jawa ke pulau Bali. Selat
Bali hanya 2,4 kilometer lebarnya. Dengan kemampuan berenang harimau
yang baik, tidak menutup kemungkinan hal tersebut terjadi. Apapun itu,
keduanya kemudian berkembang dan menjadi sangat berbeda.
Karena Bali adalah
sebuah pulau kecil, populasi harimau di Bali juga tidak terlalu banyak.
Peningkatan populasi manusia yang pesat di pulau Bali dan meningkatnya
pembukan lahan untuk pertanian menyebabkan populasi Harimau Bali semakin
sedikit yang pada akhirnya punah. Pada awal abad ke-20, harimau mungkin
bertahan hanya di bagian barat pegunungan dan yang relatif jarang
penduduknya. Kedatangan bangsa Eropa di pulau Jawa dan Bali semakin
memperparah keadaan Harimau Bali saat itu. Bahkan pada tahun, terdapat
perlombaan dalam berburu Harimau Bali. Mereka berburu untuk mendapatkan
tropi dan piala. Antara Perang Dunia I dan II, Harimau Bali diburu tanpa
pandang bulu dan pada akhir Perang Dunia II subspesies Bali
diperkirakan telah lenyap sama sekali. Harimau Bali yang terakhir
tinggal di ujung utara-barat pulau. Terakhir terdokumentasi tewas diburu
di Sumbar Kima, Bali Barat, pada 27 September 1937. Harimau tersebut
adalah Harimau Bali betina dewasa.
Kini, Harimau Bali hanya
dijumpai dalam bentuk fosil yang telah diawetkan itu pun terbatas hanya
ada pada beberapa museum di dunia. Beberapa museum yang berhasil
menjaga fosil Harimau Bali adalah:
- The National Museum of Natural History "Naturalis" di Leiden, Belanda, memiliki satu kulit, tengkorak, dan beberapa tulang harimau Bali. Fosil Harimau Bali tersebut merupakan harimau muda yang mungkin telah tewas pada akhir 1933 oleh seorang dokter Belanda yang tinggal di Jawa. Kulit harimau tersebut telah digunakan sebagai lantai karpet sehingga warnanya memudar.
- The Senckenberg Museum di Frankfurt, Jerman, memiliki holotype harimau Bali. Koleksi berisi kulit dan tengkorak Harimau Bali betina dewasa yang ditembak pada tahun 1909 oleh K. Grundler di wilayah Den Pasar di Bali Selatan.
- The Naturkunde-Museum di Stuttgart, Jerman, memiliki dua tengkorak Harimau Betina dewasa. Satu berasal dari Medevi, Bali Tengah dari 4 Agustus 1924. Yang lain berasal dari Pulukan dari 16 September 1926.
- The British Museum (Natural History) di London, Inggris, memiliki dua kulit dan tiga tengkorak. Satu kulit dan tengkorak milik Harimau Bali jantan yang masih muda yang diterima di museum pada tanggal 1 Desember 1937. Satu kulit dan dua tengkorak lainnya berasal dari Haimau Bali jantan dewasa yang masing-masing diterima museum pada tanggal 4 Maret 1938.
- Museum Zoologicum Bogoriense di Bogor, Indonesia, memiliki kulit dan tengkorak Harimau Bali betina dewasa yang ditmbakan oleh seorang perempuan di dekat kampung Sumber Kima, Bali Barat pada tanggal 27 September 1937. Harimau tersebut adalah Harimau Bali terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar